Minggu, 7 Agustus 2016
Assalamualaikum warrohmatullahi wabarrakatuh...
Alhamdulillah wa syukurillah...
Allah masih menghadiahkan gue, hambanya yang kebanyakan minta ini itu,
perpanjangan usia yang menurut perhitungan... umur gue sekarang 23 tahun lewat
dua hari hehehehe :D Sama seperti kebanyakan orang-orang, gue bahagia sekaligus
sedih atau gue merasa sedih tapi kepalang bahagia juga wkwkwk
Gue
memang merasa tuwir. Oke enough lo bertiga udah berulang ulang bilang tua -_- tapi ya mau gimana lagi, suka ga suka
semakin jarum jam menambah detik per detiknya, saat itu juga kita udah menua
tiap per detiknya hahaha dan semakin umur kita bertambah, semakin banyak pula
pertanyaan paling epik sedunia berdatangan seperti..
-
“kapan nikah?” (jawab aja
kalo ga sabtu ya minggu)
-
“mana calonnya? Kenalin
dong!” (jawab aja surprise ya ketemu pas lo kekondangan gue)
-
“udah umur segini ga
kepengen nikah gitu?” (jawab aja ‘belum nemu jodohnya, cariin dong’)
-
“temen satu persatu udah
naik ke pelaminan, emang kamu ga kepengen juga?” (jawab aja naik jabatan dulu
baru naik pelaminan :-P)
Dan salahnya gue ketika gue masih
SMA, gue ga persiapan bahwa pertanyaan2 itu bertubi-tubi menyerang gue lima
tahun kemudian. Untungnya
temen-temen gokil gue masih betah ngejomblo jadi masih tenang seperti air
mengalir, walaupun gue tau jeritan hati mereka akan kasih sayang dari sang
adam. Wkwkwkwkwk keras bener jeritan lu wey :D
Kembali
lagi sama topik “pertanyaan epik”... btw, memang sih tahun 2016 ini satu
persatu teman-teman gue entah SD, SMP, SMA udah merasakan yang namanya kata ‘pernikahan’.
Bukan hanya sekedar kata, kini pernikahan bagaikan mimpi-mimpi mereka bersama
pasangan yang sudah menjadi satu titik pencapaian hubungan yang mereka bina
selama mereka pacaran atau ada yang sekarang ini lagi gencar-gencarnya program “taaruf”
*program? Kayak KB aja*
Me-ni-kah.
Ni-kah.
Yuk-----
#ehhh *ih apa sih :D
Mungkin
sebagian dari kita, para cewek-cewek bermuka galau dan berhati baper, mendengar
kata ini rasanya amat pedih. Pedihlah kalau belum ada pasangan atau yang lebih
ngenesnya lagi baru melepas status in a relationship jadi single. Tapi
pernikahan itu buat gue memang sesuatu yang wajib disegerakan apabila kita
sudah siap secara hati. Entah calon kita sudah mapan atau belum, yang jelas
yang namanya ibadah kepada Allah adalah mutlak untuk disegerakan. Bahkan udah
banyak tuh buku motivasi bertebaran perihal menikah sebelum mapan yang konon
katanya membuat hubungan suami-isteri yang mengalaminya menemukan banyak
tantangan berharga yang bisa memperkuat tali pernikahan mereka. Disamping itu
pengalaman orang lain atau hanya teori, tapi memang yang namanya
umur-jodoh-rezeki sudah diatur dan setiap manusia udah dijatahin porsinya
masing masing tanpa harus khawatir dengan hal yang belum pasti terjadi.
Tapi
masalahnya: siapkah kamu secara hati untuk melangsungkan hidup bersama
calon-mu? Sudahkah kamu pantas untuk seseorang yang akan mengarungi kehidupan
ini bersama kamu?
Yes.
Gue galau. Gue baper.
Apalagi
inget kata-kata si Rida, “kalau bukan dia bagaimana?”
Jleb
banget lah yah udah :’(
Gue
bukan galau kapan gue nikah, di usia berapa gue nikah, seperti apa nanti acara
pernikahan gue, seperti apa kehidupan pernikahan gue nanti, mau berapa
undangan, mau di gedung atau di rumah, mau pake dangdutan apa orgen tunggal..
bukan ituuuu... tapi kegalauannya adalah.......................... ketika tiga
hal penting (jodoh-rezeki-usia) sudah mendapatkan porsi serta jatahnya, akankah
yang gue rencanakan bersama ‘dia’ bisa menemukan satu ujung terowongan yang
sama? Atau.... terowongan gue dan ‘dia’ berbeda??? Karena gue sangat percaya,
yang namanya Rahasia Illahi itu ga ada yang bisa nebak sekalipun mama loren
bilang iya, suatu waktu akan berubah tidak jikalau sudah tertulis di takdir gue
‘tidak’.
Sekarang
pertanyaan epik sedunia udah ngga mempan buat gue galau dan baper. Pertanyaan makjleb
yang sekarang bisa bikin gue kepikiran dan baper tingkat dewi adalah
kalau
bukan dia bagaimana?